Besaran dan Turunan

Koordinat Cartesius

Asam Urat dan Penyebabnya

Diposting oleh On 02:54

Kali ini kita akan membahas Asam Urat dan Penyebabnya. Asam urat memang termasuk jenis penyakit populer karena diderita sebagian besar masyarakat kita. Penyakit ini sudah dikenal sejak zaman Yunani Kuno. Oleh karena itu, penyakit asam urat menjadi salah satu jenis penyakit tertua. Penyakit asam urat disebut juga penyakit gout. Istilah gout sebenarnya berasal dari bahasa Latin, guttan yang artinya tetesan.


Sesuai dengan namanya, penyakit asam urat dipercaya sebagai akibat tetesan racun yang jatuh pada persendian. Penyakit asam urat juga identik dengan penyakit orang kaya. Pada masa itu, asam urat banyak diderita oleh para raja dan bangsawan yang suka menyantap hidangan lezat, namun tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang memadai.
Asam Urat dan Penyebabnya
Sejumlah orang terkemuka di dunia yang pernah mengidap penyakit ini, antara lain Raja Henry VIII, Kubilai Khan, Raja Charles V, Isaac Newton, Nostradamus, Thomas Jefferson, dan Raja Minak Jinggo. Akan tetapi, kini, asam urat bisa dialami oleh siapa saja, khususnya bagi mereka yang kurang memperhatikan komposisi zat dalam makanan dan kurang berolahraga.

Baca Juga:


Masyarakat sering kali menyamakan asam urat dengan rematik. Padahal, rematik tidak selalu disebabkan oleh asam urat. Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan asam urat?. Asam urat sebenarnya merupakan asam berbentuk kristal putih, tidak berasa dan tidak berbau, memiliki sifat sulit larut di dalam air, dan merupakan hasil akhir dari proses metabolisme purin. Asam urat merupakan asam lemah dan termasuk senyawa alkaloid turunan purin (xanthine). Senyawa ini ditemukan oleh Scheele (1766) sebagai hasil akhir dari proses metabolisme nitrogen yang terdapat pada hewan melata dan burung. Asam urat juga bisa ditemukan pada hewan pemakan daging. Di dalam tubuh kita, asam urat berfungsi sebagai antioksidan dan menyumbangkan kontribusi sebesar 60% dari total aktivitas untuk membersihkan radikal bebas pada serum1. Asam urat difiltrasi2 di dalam darah, kemudian dikeluarkan melalui urine. Oleh karena itu, konsentrasi asam urat pada urine 10 kali hingga 20 kali lebih tinggi bila dibandingkan dalam plasma3.

Tubuh manusia menghasilkan asam urat dengan dua cara. Pertama, hasil akhir dari proses metabolisme purin. Purin merupakan salah satu zat yang terdapat di dalam makanan yang kita konsumsi sehari-hari. Kedua, hasil akhir dari proses pemecahan asam amino non-esensial, asam aspartat, dan glutamin. Dengan demikian, asam urat selalu terdapat pada setiap tubuh makhluk hidup sebagai akibat adanya proses metabolisme, yakni suatu proses kimia yang berlangsung dalam inti sel makhluk hidup untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Dalam proses metabolisme, makanan yang kita konsumsi akan diproses lebih lanjut sehingga menghasilkan energi. Pada proses metabolisme normal, tubuh akan menghasilkan asam urat dalam jumlah tertentu. Produksi asam urat ini erat kaitannya dengan asupan purin dalam makanan yang kita konsumsi sehari-hari. Jika kita mengonsumsi makanan yang banyak mengandung purin, semakin tinggi pula kadar asam urat yang terdapat dalam tubuh kita.

Baca Juga:

Sebenarnya, tubuh kita sudah menyuplai purin untuk memenuhi kebutuhan setiap harinya sebesar 85%. Dengan demikian, 15% sisanya bisa kita dapatkan dari makanan yang kita konsumsi sehari-hari. Sayangnya, banyak dari kita yang tidak mengetahui fakta tersebut. Tanpa disadari, kita sering mengonsumsi makanan berkadar purin tinggi sehingga asupan purin pun menjadi berlebihan. Akibatnya, kadar asam urat di dalam tubuh juga ikut meningkat.

Dalam kondisi tertentu, kadar asam urat di dalam darah bisa melebihi normal. Kondisi ini dikenal dengan istilah hiperuricemia. Hiperuricemia dikelompokkan menjadi tiga, yaitu hiperuricemia idiopatik, primer, dan sekunder. Hiperuricemia idiopatik adalah hiperuricemia yang tidak diketahui secara pasti penyebabnya. Entah karena kelainan genetik, anatomi, atau fisiologi, tidak ada satu indikator pun yang bisa mengungkapkannya dengan jelas.

Hiperuricemia primer disebabkan adanya kelainan molekular (99%) yang mengakibatkan underexcretion (80% – 90%) dan overproduction (10% - 20%). Underexcretion (penurunan laju pembuangan asam urat melalui urine) disebabkan oleh gangguan ginjal maupun faktor genetik. Kelainan genetik yang bisa menyebabkan underexcretion adalah penurunan fungsi ginjal dalam proses pengeluaran asam urat. Adapun overproduction (laju pembentukan asam urat secara berlebihan) biasanya disebabkan karena meningkatnya aktivitas enzim Phosporibosylpyrophosphate (PRPP). Akibatnya, pembentukan nukleotida purin mengalami peningkatan sehingga produksi asam urat pun mengalami kenaikan. Selain itu, kekurangan enzim Hypoxanthine Phosporibosyltransferase (HPRT) juga akan menyebabkan peningkatan produksi asam urat. Hiperuricemia primer bisa pula disebabkan oleh kelainan enzim spesifik. Akan tetapi, jumlahnya relatif kecil, hanya sekira 1%. Faktor-faktor tersebut bisa memengaruhi proses metabolisme dalam tubuh sehingga menyebabkan produksi asam urat mengalami peningkatan atau sebaliknya, menghambat proses pengeluaran asam urat dari dalam tubuh.

Hiperuricemia sekunder cenderung disebabkan oleh konsumsi makanan yang berkadar purin tinggi. Keberadaan asam urat memang berkorelasi positif dengan keberadaan purin di dalam tubuh kita. Artinya, semakin tinggi kadar purin di dalam tubuh kita maka semakin tinggi pula kadar asam urat. Sebaliknya, semakin rendah kadar purin di dalam tubuh kita maka kadar asam urat juga semakin rendah.

Baca Juga:

Purin adalah salah satu komponen dari asam nukleat yang terdapat dalam inti sel setiap makhluk hidup. Sumber purin yang paling tinggi terdapat pada protein dalam makanan. Purin juga terdapat pada berbagai jenis hewan dan tumbuhan dengan kadar yang bervariasi. Selain itu, perusakan sel tubuh akibat suatu penyakit tertentu juga bisa menghasilkan purin. Dengan demikian, purin selalu terdapat pada tubuh setiap makhluk hidup. Lalu, jenis makanan apa saja yang berkadar purin tinggi? Kita bisa melihat pada daftar bahan makanan dan kadar purin yang terkandung di dalamnya pada tabel berikut ini:
Asam Urat dan Penyebabnya
Saat terjadi hiperuricemia, konsentrasi asam urat di dalam darah menjadi sangat jenuh sehingga mudah berubah bentuknya menjadi kristal. Konsentrasi asam urat ini sangat dipengaruhi oleh laju pembentukan asam urat maupun laju pembuangan asam urat. Kadar asam urat di dalam darah akan mengalami kenaikan jika laju pembentukan asam urat berlebihan atau laju pembuangan asam urat melalui urine mengalami penurunan. Produksi asam urat yang berlebihan biasanya dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang tinggi purin dan kelainan enzim. Menurunnya laju pembuangan melalui urine disebabkan oleh sistem pembuangan melalui urine tidak berlangsung secara normal, misalnya pada penderita gangguan ginjal atau akibat kelainan genetik.
Baca Juga:

Dalam kondisi normal, tubuh kita mengeluarkan asam urat dalam bentuk feses dan urine. Proses pembuangan asam urat melalui urine berlangsung dalam tiga tahapan. Pertama, ultrafiltrasi. Plasma darah berpindah dari glomerulus, kemudian menembus membran filtrasi, lalu bergerak menuju ruang kapsula bowman. Ultrafiltrasi bisa terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara tekanan darah pada kapiler glomerulus, tekanan hidrostatik4 cairan pada kapsula bowman, dan tekanan osmotik5 pada koloid darah. Kedua, reabsorbsi6 tubular. Cairan dalam tubulus renalis berpindah menuju darah yang terdapat dalam kapiler peritubular. Ketiga, sekresi7 tubular. Ginjal meningkatkan kadar konsentrasi zat-zat yang hendak dikeluarkan. Sekresi tubular dilakukan oleh tubulus ginjal dan terjadi di dalam tubulus distal. Seluruh proses pengeluaran asam urat tersebut sangat dipengaruhi oleh sekresi renin pada tubulus ginjal dan ultrafiltrasi pada glomerulus.

Pada sistem pembuangan yang normal, sebanyak 66,67% asam urat yang terdapat di dalam tubuh akan dibuang melalui ginjal, 6,3% dibuang dalam bentuk keringat, dan sisanya dibuang dalam bentuk feses. Dan hampir 75% dari penderita penyakit asam urat disebabkan oleh sistem pembuangannya yang tidak berjalan dengan normal. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hiperuricemia bisa terjadi akibat menurunnya laju pembuangan asam urat atau meningkatnya produksi asam urat, maupun kombinasi dari keduanya.

Baca Juga:

Seluruh mekanisme pembuangan asam urat diatur oleh ginjal. Ginjal juga berperan dalam mengatur keseimbangan kadar asam urat di dalam tubuh. Saat kadar asam urat di dalam darah jumlahnya berlebihan, ginjal tidak mampu lagi mengaturnya. Akibatnya, akan terjadi penumpukan asam urat pada persendian dan jaringan. Penumpukan asam urat pada persendian mengakibatkan cairan getah bening yang fungsinya sebagai pelumas tidak bisa berfungsi normal. Hal inilah yang kemudian menyebabkan sendi mengalami bengkak, terasa nyeri, dan sulit digerakkan.

Selain purin, meningkatnya kadar asam urat juga bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini:
  1. Obat-obatan, yakni obat-obatan yang mengandung alkohol, kemoterapi untuk kanker, vitamin B12, vitamin C, aspirin, niasin, obat tekanan darah tinggi, diuretik (asetazolamid, furosemid, tiazid), asam askorbat, fenotiazin, teofilin, 6-merkaptopurin, levodopa, salisilat, metildopa, obat anti tuberculosis.
  2. Penyakit, beberapa jenis penyakit yang bisa mendorong meningkatnya kadar asam urat, antara lain polisitemia, penyakit pada sumsum tulang, diabetes, psoriasis (penyakit kulit), gagal jantung, anemia sel sabit, gangguan fungsi hati, gagal ginjal, dan beberapa jenis kanker, seperti leukimia, limfoma hodgkin, dan limfoma non-hodgkin.
  3. Alkohol, yakni aneka jenis minuman beralkohol, seperti bir, wine, dan berbagai produk turunannya.
  4. Dehidrasi, saat tubuh kekurangan cairan, ginjal tidak mampu menjalankan tugasnya dengan optimal. Akibatnya, asam urat tidak bisa dikeluarkan sehingga menyebabkan terjadinya penumpukan.
  5. Obesitas, disebabkan oleh pola makan yang tidak sehat dan tidak terkontrol. Mereka yang mengalami obesitas cenderung tidak memperhatikan komposisi nutrisi dalam makanan yang mereka konsumsi. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan dari sekian jenis makanan yang mereka konsumsi ternyata mengandung purin yang berkadar tinggi.
  6. Usia, kadar asam urat akan meningkat seiring dengan pertambahan usia.
  7. Kelaparan, dalam kondisi lapar, tubuh kita akan kekurangan energi. Untuk menutupi kekurangan energi ini, tubuh akan mengambilnya dari lemak. Selanjutnya, lemak akan dibakar. Pada proses pembakaran lemak dihasilkan zat keton. Zat ini bisa menghalangi pengeluaran asam urat.
Dalam perkembangannya, hiperuricemia akan menyebabkan sejumlah komplikasi. Pertama, gout arthritis. Gout arthritis adalah radang sendi yang timbul akibat asam urat atau disebut penyakit asam urat. Berdasarkan tingkat keparahannya, penyakit asam urat dibagi dalam empat stadium, Stadium pertama, tahap asimtomatik. Pada tahap ini penderita tidak merasakan sakit meskipun kadar asam uratnya sudah mengalami kenaikan. Tahap asimtomatik bisa berlangsung hingga 20 tahun. Stadium kedua, tahap akut. Pada tahap ini mulai terjadi peradangan pada persendian sehingga penderita merasakan sakit yang luar biasa, seperti nyeri hebat, bengkak, pangkal ibu jari kaki terasa panas dan berwarna merah. Rasa sakit tersebut biasanya terjadi pada malam hari atau menjelang fajar. Hanya saja, rasa sakit yang luar biasa tadi tidak berlangsung lama. Dalam jangka waktu lima hingga tujuh hari, rasa sakit akan menghilang dengan sendirinya. Oleh karena itu, penderita sering tidak menyadari bahwa dirinya terkena penyakit asam urat.

Baca Juga:

Pada pria, tahap akut biasanya terjadi pada usia antara 40 hingga 60 tahun, sedangkan pada wanita setelah usia 60 tahun. Bila tahap ini muncul sebelum usia 25 tahun, hal ini merupakan indikasi adanya penyakit ginjal, gangguan enzim spesifik, dan penggunaan siklosporin. Stadium tiga, tahap interkritikal. Tahap ini merupakan jeda antara dua serangan akut. Penderita akan merasa sehat dalam jangka waktu tertentu, biasanya kira-kira satu hingga dua tahun ke depan. Jeda ini menyebabkan penderita lupa bahwa dirinya pernah terkena serangan penyakit asam urat. Atau dia menyangka bahwa serangan pertama yang pernah dialaminya tidak ada kaitannya dengan penyakit asam urat. Padahal, pada tahap ini kerusakan sendi terus berlangsung secara progresif. Stadium empat, tahap kronik. Tahap ini ditandai dengan deformasi sendi dan terbentuknya tophus, yakni endapan hasil kristalisasi natrium urat yang terbentuk pada persendian dan jaringan lunak. Pada tahap kronik, penderita akan merasakan sakit yang luar biasa dan hal ini terjadi secara terus-menerus serta berulang-ulang. Akibatnya, penderita bisa mengalami kelumpuhan.

Kedua, gagal ginjal. Komplikasi hiperuricemia pada ginjal akan menyebabkan batu ginjal, gangguan ginjal akut, dan gangguan ginjal kronis. Hiperuricemia membuat ginjal tidak mampu menjalankan fungsinya secara optimal. Akibatnya, pengeluaran asam urat mengalami penurunan sehingga menimbulkan endapan batu asam urat pada ginjal. Endapan batu asam urat pada ureter dan duktus koledokus dapat menyebabkan gagal ginjal.

Menjaga kadar asam urat dalam batas yang normal merupakan langkah yang tepat agar kita terbebas dari serangan penyakit asam urat. Oleh karena itu, sebaiknya kita perlu melakukan pemeriksaan kadar asam urat secara teratur. Kita bisa melakukan tes di laboratorium. Cara yang biasa digunakan untuk mengukur kadar asam urat ada dua, yaitu teknik enzimatik dan teknik biasa. Pada teknik enzimatik, kadar asam urat yang normal maksimal 7 mg/dl. Sedangkan dengan teknik biasa, kadar normalnya maksimal 8 mg/dl. Hanya saja, kadar asam urat yang normal pada pria dan wanita ternyata berbeda. Pada pria biasanya antara 3,5 – 7 mg/dl, sedangkan wanita kira-kira 2,6 – 6 mg/dl.

Baca Juga:

Dari segi risikonya, pria ternyata lebih berisiko terkena penyakit asam urat daripada wanita. Hampir 90% dari gout primer diderita oleh kaum pria yang usianya di atas 30 tahun. Mengapa hal ini bisa terjadi? Pertama, kadar asam urat pada pria akan meningkat seiring dengan pertambahan usia, tekanan darah, dan berat badannya. Akan tetapi, pada wanita, kadar asam urat baru meningkat saat usianya memasuki 60 tahun atau tepatnya ketika memasuki masa menopause.

Kedua, hormon estrogen. Kadar asam urat pada wanita cenderung lebih rendah bila dibandingkan pria karena wanita memiliki hormon estrogen yang lebih tinggi. Hormon ini berperan dalam pembuangan asam urat melalui urine. Jadi, selama wanita memiliki hormon estrogen dalam jumlah yang tinggi, dijamin proses pembuangan asam uratnya akan terkontrol. Akan tetapi, begitu menopause, kadar hormon estrogen mengalami penurunan. Oleh karena itu, wanita yang telah mengalami menopause sangat rentan terkena penyakit asam urat.
Perbandingan Kadar Asam Urat antara Pria dengan Wanita:
  • Dalam kondisi normal, perbandingan antara pria dan wanita adalah 7:1 hingga 9:1
  • Wanita (sebelum menopause) < Pria
  • Usia < 65 tahun, perbandingan pria dengan wanita adalah 4:1
  • Usia > 65 tahun, perbandingan pria dengan wanita adalah 3:1
  • Usia > 80 tahun, wanita > pria
Penyakit asam urat bisa dikenali dari sejumlah gejala yang ditunjukkan penderitanya. Agar kita bisa mendeteksi sejak dini penyakit ini, berikut gejala penyakit asam urat yang patut kita cermati:
  • Pada awalnya, sendi ibu jari kaki terasa nyeri dan kaku.
  • Pada tahap selanjutnya, rasa nyeri dan kaku semakin menyebar. Biasanya meliputi siku, tumit, lutut, pergelangan kaki, jari tangan, jari kaki, dan sejumlah sendi pada tangan.
  • Penderita sering mengalami kesemutan.
  • Persendian yang terkena penyakit asam urat biasanya berwarna kemerahan, terlihat bengkak, terasa nyeri, dan panas.
  • Rasa nyeri biasanya terjadi pada pagi hari saat kita baru bangun tidur atau pada malam hari.
  • Rasa nyeri pada bagian persendian terjadi secara berulang-ulang.
  • Pada tahap lebih lanjut, rasa nyeri dan bengkak membuat penderitanya sulit untuk berjalan.
Saat ini, Masyarakat sering menyamakan penyakit asam urat dengan rematik. Padahal, belum tentu rematik disebabkan oleh asam urat. Asam urat sebenarnya merupakan bagian dari rematik. Hanya saja, tidak semua rematik disebabkan oleh asam urat. Akan tetapi, keduanya sama-sama menyerang persendian. Asam urat muncul akibat proses metabolisme purin yang tidak berjalan normal sehingga berefek terhadap peningkatan kadar asam urat di dalam darah. Kadar asam urat yang tinggi akan menyebabkan rasa nyeri pada persendian. Akan tetapi, jika merasakan nyeri sendi, padahal kadar asam urat kita dalam kondisi normal maka bisa jadi kita terkena rematik.

Sebagaimana asam urat, rematik juga menyerang daerah tulang dan persendian sehingga menimbulkan rasa nyeri, peradangan, dan pembengkakan. Rasa nyeri umumnya terjadi pada persendian lutut, pergelangan kaki dan tangan, siku, dan sejumlah persendian lainnya. Rasa nyeri ini biasanya muncul setelah penderita melakukan aktivitas. Rasa nyeri akan bertambah hebat saat pergantian cuaca dari panas menuju dingin. Rematik juga menyebabkan sendi terasa panas dan berwarna kemerahan. Saat pagi tiba, persendian terasa kaku dan sulit digerakkan.

Meskipun antara asam urat dengan rematik memiliki persamaan dari sisi gejala yang tampak maupun area yang diserang, namun keduanya memiliki perbedaan dari segi penyebabnya. Munculnya rematik tidak selalu dipengaruhi oleh kadar asam urat di dalam darah. Hanya kira-kira 10% dari total penderita rematik yang memiliki kadar asam urat tinggi. Rematik bisa muncul karena sejumlah faktor. Mulai dari makanan, degeneratif seperti osteoporosis, peradangan karena infeksi, demam, gangguan metabolisme, peredaran darah tidak lancar, zat-zat polutan, atau karena penyakit tertentu.

Rematik juga bisa terjadi saat kita mengalami stres, depresi, atau penyakit mental yang sejenis. Ketika kondisi mental mengalami gangguan, otot-otot tubuh akan menegang. Bila kondisi ini berlangsung secara terus-menerus akan mengakibatkan terbentuknya serat-serat jaringan di sela serat-serat otot sehingga menimbulkan rasa nyeri pada area persendian dan tulang. Jenis rematik yang banyak dialami oleh masyarakat Indonesia adalah arthritis reumatoid. Rematik jenis ini banyak diderita oleh kelompok usia antara 20 hingga 50 tahun. Gejala yang muncul berupa persendian terasa kaku dan sulit digerakkan, khususnya ketika penderita baru bangun tidur.

Tubuh memerlukan asam urat dalam kadar tertentu. Akan tetapi, jika kadar asam urat dalam tubuh melebihi normalnya, hal ini berpotensi menimbulkan penyakit asam urat. Kadar asam urat yang tinggi ternyata juga berpotensi menyebabkan penyakit lainnya, seperti jantung koroner. Timbunan asam urat yang berlebihan akan merusak endotel, yakni lapisan pembuluh darah koroner bagian dalam. Rusaknya endotel bisa menyebabkan penyakit jantung koroner.

Baca Juga:

Sejumlah penyakit lain juga ditemukan turut menyertai penyakit asam urat, misalnya diabetes, stroke, hipertensi, dan kadar lemak darah tinggi. Penderita hipertensi dan penyakit asam urat berisiko tiga hingga lima kali terkena penyakit stroke dan jantung koroner. Penyakit asam urat juga berkaitan dengan sindroma metabolik, yakni meningkatnya kadar insulin dan trigliserida di dalam darah, hipertensi, dan rendahnya HDL kolesterol (lemak baik) sehingga berpotensi menimbulkan penyakit jantung koroner.

Pada kondisi normal, asam urat dikeluarkan tubuh melalui urine dan feses. Mekanisme pengeluaran tersebut diatur oleh ginjal. Saat kadar asam urat melebihi normal, ginjal tidak lagi mampu mengatur pengeluaran asam urat. Akibatnya, kadar asam urat yang keluar melalui urine mengalami penurunan. Hal ini bisa menyebabkan timbulnya batu asam urat dan batu kalsium oksalat di dalam ginjal. Keberadaan batu asam urat dan batu kalsium oksalat di dalam ginjal akan menekan pembuluh darah dan menyebabkan tekanan di dalam ginjal mengalami peningkatan. Dampaknya, dinding pembuluh darah mengalami penebalan dan aliran darah ke ginjal berkurang sehingga bisa menyebabkan kerusakan fungsi ginjal.

Bantu Berikan DONASI jika artikel ini dirasa bermanfaat Donasi akan digunakan untuk memperpanjang domain www.raimondwell.com
DonasiDonasi
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »

Terima Kasih telah meninggalkan komentarnya