Sejarah
Pada zaman kekuasaan zaman Sultan Iskandar Muda Meukuta Perkasa Alam, Aceh merupakan negeri yang amat kaya dan makmur. Kesultanan Aceh telah menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan di dunia Barat pada abad ke-16, termasuk Inggris, Ottoman, dan Belanda.
Kesultanan Aceh terlibat perebutan kekuasaan yang berkepanjangan sejak awal abad ke-16, pertama dengan Portugal, lalu sejak abad ke-18 dengan Britania Raya (Inggris) dan Belanda. Pada akhir abad ke-18, Aceh terpaksa menyerahkan wilayahnya di Kedah dan Pulau Pinang di Semenanjung Melayu kepada Britania Raya. Kesultanan Aceh merupakan kelanjutan dari Kesultanan Samudera Pasai yang hancur pada abad ke-14. Kesultanan Aceh terletak di utara pulau Sumatera dengan ibu kota Kutaraja (Banda Aceh).
Dalam sejarahnya yang panjang itu (1496 - 1903), Aceh telah mengukir masa lampaunya dengan begitu megah dan menakjubkan, terutama karena kemampuannya dalam mengembangkan pola dan sistem pendidikan militer, komitmennya dalam menentang imperialisme bangsa Eropa, sistem pemerintahan yang teratur dan sistematik, mewujudkan pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahuan, hingga kemampuannya dalam menjalin hubungan diplomatik dengan negara lain. Sementara pada masa kekuasaan Belanda, bangsa Aceh mulai mengadakan kerjasama dengan wilayah-wilayah lain di Indonesia dan terlibat dalam berbagai gerakan nasionalis dan politik. Aceh kian hari kian terlibat dalam gerakan nasionalis Indonesia. Saat Volksraad (parlemen) dibentuk, Teuku Nyak Arif terpilih sebagai wakil pertama dari Aceh. (Nyak Arif lalu dilantik sebagai gubernur Aceh oleh gubernur Sumatra pertama, Moehammad Hasan).
Baca Juga:
Geografi
Keberadaan wilayah geografis Kota Banda Aceh terletak antara 050 16’ 15” - 050 36’ 16” Lintang Utara dan 950 16’ 15” - 950 22’ 35” Bujur Timur dengan tinggi rata-rata 0,80 meter diatas permukaan laut. Luas wilayah administratif Kota Banda Aceh sebesar 61.359 Ha atau kisaran 61, 36 km².
Perbatasan provinsi Aceh berbatasan dengan :
Kependudukan
➧ Suku Bangsa
Provinsi Aceh memiliki 13 suku asli, yaitu: Aceh, Gayo, Aneuk Jamee, Singkil, Alas, Tamiang, Kluet, Devayan, Sigulai, Pakpak, Haloban, Lekon dan Nias. Hasil sensus penduduk tahun 2000 menunjukkan hasil sebagai berikut: Aceh (50,32%), Jawa (15,87%), Gayo (11,46%), Alas (3,89%), Singkil (2,55%), Simeulue (2,47%), Batak (2,26%), Minangkabau (1,09%), Lain-lain (10,09%).
➧ Bahasa
Provinsi Aceh memiliki 13 buah bahasa asli yaitu bahasa Aceh, Gayo, Aneuk Jamee, Singkil, Alas, Tamiang, Kluet, Devayan, Sigulai,Pakpak, Haloban, Lekon dan Nias.
➧ Agama
Sebagian besar penduduk di Aceh menganut agama Islam. Dari ke 13 suku asli yang ada di Aceh hanya suku Nias yang tidak semuanya memeluk agama Islam. Agama lain yang dianut oleh penduduk di Aceh adalah agama Kristen yang 3 dianut oleh pendatang suku Batak dan sebagian warga Tionghoa yang kebanyakan bersuku Hakka. Sedangkan sebagian lainnya tetap menganut agama Konghucu. Selain itu provinsi Aceh memiliki keistimewaan dibandingkan dengan provinsi yang lain, karena di provinsi ini Syariat Islam diberlakukan kepada sebagian besar warganya yang menganut agama Islam.
Pendidikan
Dalam hal pendidikan, sebenarnya provinsi ini mendapatkan status Istimewa selain dari D.I. Yogyakarta. Namun perkembangan yang ada tidak menunjukkan kesesuaian antara status yang diberikan dengan kenyataannya. Pendidikan di Aceh dapat dikatakan terpuruk. Salah satu yang menyebabkannya adalah konflik yang berkepanjangan dan penganaktirian dari RI, dengan sekian ribu sekolah dan institusi pendidikan lainnya menjadi korban. Pada UAN (Ujian Akhir Nasional) 2005 ada ribuan siswa yang tidak lulus dan terpaksa mengikuti ujian ulang.
Aceh juga memiliki sejumlah Perguruan Tinggi Negeri seperti:
Sistem pemerintahan yang berlaku di Aceh saat ini ada 2, yaitu Sistem Pemerintahan Lokal Aceh dan Sistem Pemerintahan Indonesia. Berdasarkan penjenjangan, perbedaan yang tampak adalah adanya Pemerintahan Mukim di antara kecamatan dan gampong.
➧ Sistem Perwakilan Lokal Aceh
Sistem pemerintahan lokal Aceh terdiri dari gampong, mukim, nanggroe, sagoe dan keurajeun.
➧ Sistem Pemerintahan
Sejak tahun 1999, Aceh telah mengalami beberapa pemekaran wilayah hingga sekarang mencapai 5 pemerintahan Kota dan 18 kabupaten.
Kabupaten Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam:
Kota Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam:
Jumlah Desa (atau sederajat): 6.656 Desa (atau sederajat)
➧ Daftar Gubernur
Daftar gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dari tahun 1945-2007:
Sebelum bencana tsunami 26 Desember 2004, perikanan merupakan salah satu pilar ekonomi lokal di Aceh, menyumbangkan 6,5 persen dari Pendapatan Daerah Bruto (PDB) senilai 1,59 triliun pada tahun 2004 (Dinas Perikanan dan Kelautan Aceh 2005). Potensi produksi perikanan tangkap mencapai 120.209 ton/tahun sementara perikanan budidaya mencapai 15.454 ton/tahun pada tahun 2003 (Dinas Perikanan dan Kelautan Aceh 2004). Produksi perikanan tersebut merata, baik di Samudera Hindia maupun Selat Malaka. Pada sektor Perbankan Aceh terdapat dua kantor Bank Indonesia, bank sentral Republik Indonesia, yang dibuka di Banda Aceh (kelas III) dan Lhokseumawe (kelas IV). Tugas Bank Indonesia yang terdiri dari bidang moneter, sistem pembayaran, dan perbankan. Di daerah-daerah tugas Bank Indonesia lebih dominan di bidang sistem pembayaran dan perbankan. Di bidang sistem pembayaran menyelenggarakan sistem kliring dan BI-RTGS dan di bidang perbankan mengawasi dan membina bankbank agar beroperasi dengan sehat dan menguntungkan. Aceh memiliki sejumlah industri besar di antaranya: PT Arun: Kilang Pencairan Gas Alam, PT PIM: Pabrik Pupuk Iskandar Muda, PT AAF: Pabrik Pupuk Asean, PT KKA: Pabrik Kertas, PT SAI-Lafarge Semen Andalas, ExxonMobil: Kilang Gas Alam. Untuk sektor pertambangan Aceh mempunyai tambangan Emas di Woyla, Seunagan, Aceh Barat; Pisang Mas di Beutong, Payakolak, Takengon Aceh Tengah Batubara di Kaway XI, di Semayan di Aceh Barat, Batugamping di Tanah Greuteu, Aceh Besar; di Tapaktuan
Seni dan Budaya
Aceh merupakan kawasan yang sangat kaya dengan seni budaya galibnya wilayah Indonesia lainnya. Aceh mempunyai aneka seni budaya yang khas seperti tari-tarian, dan budaya lainnya seperti: Didong (seni pertunjukan dari masyarakat Gayo), Meuseukee Eungkot (sebuah tradisi di wilayah Aceh Barat), dan Peusijuek (atau Tepung tawar dalam tradisi Melayu).
➧ Sastra
Seni sastra yang ada di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam:
Rencong adalah senjata tradisional Aceh, bentuknya menyerupai huruf L, dan bila dilihat lebih dekat bentuknya merupakan kaligrafi tulisan bismillah. Rencong termasuk dalam kategori dagger atau belati (bukan pisau ataupun pedang). Selain rencong, bangsa Aceh juga memiliki beberapa senjata khas lainnya, seperti siwah, geuliwang dan peudeueng.
➧ Rumah Tradisional/Adat
Rumah tradisonal suku Aceh dinamakan Rumoh Aceh. Rumah adat ini bertipe rumah panggung dengan 3 bagian utama dan 1 bagian tambahan. Tiga bagian utama dari rumah Aceh yaitu seuramoe keue (serambi depan), seuramoe teungoh (serambi tengah) dan seuramoe likot (serambi belakang). Sedangkan 1 bagian tambahannya yaitu rumoh dapu (rumah dapur).
➧ Seni Tari
Provinsi Aceh yang memiliki setidaknya 10 suku bangsa, memiliki kekayaan tari-tarian yang sangat banyak dan juga sangat mengagumkan. Beberapa tarian yang terkenal di tingkat nasional dan bahkan dunia merupakan tarian yang berasal dari Aceh, seperti Tari Rateb Meuseukat dan Tari Saman.
Tarian suku Aceh terdiri dari:
Tempat-tempat pariwisata Aceh adalah sebagai berikut:
➧ Masjid Raya Baiturrahman
Masjid Raya Baiturrahman adalah sebuah masjid yang berada di pusat Kota Banda Aceh. Masjid ini dahulunya merupakan masjid Kesultanan Aceh Sewaktu Belanda menyerang kota Banda Aceh pada tahun 1873, masjid ini dibakar, kemudian pada tahun 1875 Belanda membangun kembali sebuah masjid sebagai penggantinya. Mesjid ini berkubah tunggal dan dapat diselesaikan pada tanggal 27 Desember 1883. Selanjutnya Mesjid ini diperluas menjadi 3 kubah pada tahun 1935. Terakhir diperluas lagi menjadi 5 kubah (1959-1968). Masjid ini merupakan salah satu masjid yang terindah di Indonesia yang memiliki bentuk yang manis, ukiran yang menarik, halaman yang luas dan terasa sangat sejuk apabila berada di dalam ruangan masjid tersebut.
➧ Cut Nya Dien House
Rumah ini adalah replika dari pahlawan Cut Nyak Dien, dari Perang Aceh. Para pasukan kolonial membakar rumahnya maka replika dibangun kemudian. Rumah ini terletak di Lam Pisang, yang sekarang menjadi sebuah museum sekitar 6 kilometer dari Banda Aceh, Kecamatan Lhok Nga, kabupaten Aceh Besar.
➧ Indonesian Airline Monument. Seulawah-Indonesian First Airplane
Monumen itu didirikan untuk memperingati sumbangan heroik dari Aceh kepada Pemerintah Pusat Republik Indonesia. Ketika Indonesia merdeka pada tahun 1945, Belanda dimaksudkan untuk menempati kembali negara itu. Dalam perjuangan berikutnya pada tahun 1949, Republik Indonesia ini sangat membutuhkan pesawat untuk menghindari blokade musuh sebagai daerah banyak yang sudah jatuh ke Belanda. Soekarno, Presiden Indonesia pada waktu itu, segera meminta masyarakat Aceh untuk menyumbangkan uang untuk pesawat terbang. Sebuah Douglas DC-3 dibeli tak lama setelah itu, dan dibayar dengan donasi. Pesawat ini sangat awal adalah pendahulu dari armada Garuda Indonesia, yang kini merupakan maskapai penerbangan terbesar di Indonesia.
➧ Ulee Lheue-Banda Aceh. Tsunami Ground Zero
Ulee Lheue merupakan garis pantai menghadap ke Selat Malaka, ketika tsunami hits Banda Aceh pada 26 Desember 2004 garis pantai dan desa di dekatnya parah kerusakan dan lenyap oleh gelombang pasang 10 meter tinggi. Sekarang pemerintah lokal membangun Pelabuhan baru di Ulee Lheue dan jika Anda memiliki rencana untuk mengunjungi Sabang dan Pulau Weh Anda bisa menggunakan kapal Ferry Ro-Ro atau speed boat dari Ulee Lheue. Di sisi pantai Ulee Lheue lain masih mempertahankan keindahannya, hampir setiap hari petugas datang ke tempat ini untuk menikmati cakrawala biru langit dan laut, untuk melihat matahari terbenam yang indah di sore hari dan menikmati akhir pekan sampai larut malam.
➧ Museum Aceh
Museum Aceh terletak di Jalan Sultan Alaidin Mahmud Syah, ini adalah tempat terbaik untuk mengetahui banyak tentang sejarah budaya Aceh. Di dalam museum terdapat banyak barang-barang antik seperti keramik, senjata, dan peralatan budaya seperti pakaian adat, perhiasan, kaligrafi (ornamen Islam), perlengkapan dapur, dll. Koleksi paling menarik adalah sebuah lonceng besar bernama “Lonceng Cakra Donya”, hadiah dari Cina Grand-Duke (Kaisar Ming, pada abad ke-15) untuk Sultan Aceh yang disampaikan oleh seorang Muslim Cina, Laksamana Cheng Ho pada 1414, kita bisa membaca sebuah prasasti di bel: “Sing Fang Niat Toeng Juut Kat”. Dalam kompleks ini ada juga ‘Rumoh Aceh’ Rumah yang dibangun oleh Gubernur Belanda Van Swart pada tahun 1941 dalam arsitektur rumah khas Aceh. Di Museum barat atau utara Aceh House of Custom ada halaman komplek makam Sultan Aceh.
➧ Taman Putroe Phang
Taman Putroe Phang, terletak di wilayah kompleks Istana Sultan Aceh di Banda Aceh. Taman ini dibuat untuk sang Permaisuri Sultan Iskandar Muda bernama Putroe Phang yang berarti Putri Pahang, yang berasal dari Pahang, Malaysia. Di taman tersebut terdapat sebuah bangunan unik, bernama Gunongan. Menurut kepercayaan setempat, bangunan ini dibuat menyerupai bukit-bukit yang terletak di Pahang, Malaysia dan dibuat atas permintaan sang Permaisuri sendiri, yang selalu rindu kampung halamannya, Pahang, yang konon berbukit bukit. Sebetulnya saat dan sebab bangunan ini didirikan belum diketahui dengan jelas. Diduga Gunongan melambangkan Gunung Mahameru dan mungkin juga ditujukan pada Agni, dewa api dalam agama Hindu.
➧ Kuburan Kerkhoff
Kerkoff Peucut adalah kuburan prajurit Belanda yang tewas dalam Perang Aceh. Kompleks kuburan ini banyak tersebar di wilayah Indonesia. Salah satunya terletak di kota Banda Aceh, dan sekarang menjadi objek wisata menarik, khususnya bagi wisatawan mancanegara (terutama wisatawan asal Belanda).
➧ Danau Laut Tawar
Danau Laut Tawar adalah sebuah danau dan kawasan wisata yang terletak di Dataran Tinggi Gayo, Kabupaten Aceh Tengah, Nanggroe Aceh Darussalam. Suku Gayo menyebutnya dengan Danau Lut Tawar. Luasnya kira-kira 5.472 hektar dengan panjang 17 km dan lebar 3,219 km. Volume airnya kira-kira 2.537.483.884 m³ (2,5 triliun liter).
➧ Iboih
Iboih adalah suatu kawasan wisata pantai di daerah Sabang, Indonesia. Bersama dengan Gapang, Iboih merupakan daerah favorit untuk berekreasi dan melepaskan penat. Perairan di sekeliling pulau Sabang merupakan perairan laut lepas yang diapit oleh Selat Malaka dan Samudra Hindia. Di sekitar pantai Iboih juga terdapat resort-resort dan restoran untuk para wisatawan yang bermalam.
Makanan Khas
Aceh mempunyai aneka jenis makanan yang khas. Antara lain timphan, gulai itik, kari kambing yang lezat, Gulai Pliek U dan meuseukat yang langka. Di samping itu emping melinjo asal kabupaten Pidie yang terkenal gurih, dodol Sabang yang dibuat dengan aneka rasa, ketan durian (boh drien ngon bu leukat), serta bolu manis asal Peukan Bada, Aceh Besar juga bisa jadi andalan bagi Aceh.
Beberapa makanan khas Tradisional Provinsi Aceh:
Pada zaman kekuasaan zaman Sultan Iskandar Muda Meukuta Perkasa Alam, Aceh merupakan negeri yang amat kaya dan makmur. Kesultanan Aceh telah menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan di dunia Barat pada abad ke-16, termasuk Inggris, Ottoman, dan Belanda.
Baca Juga:
Geografi
Keberadaan wilayah geografis Kota Banda Aceh terletak antara 050 16’ 15” - 050 36’ 16” Lintang Utara dan 950 16’ 15” - 950 22’ 35” Bujur Timur dengan tinggi rata-rata 0,80 meter diatas permukaan laut. Luas wilayah administratif Kota Banda Aceh sebesar 61.359 Ha atau kisaran 61, 36 km².
- Bagian Utara berbatasan dengan Selat malaka
- Bagian Selatan berbatasan dengan Kecamatan Darul Imarah Dan Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh besar
- Bagian Timur berbatasan dengan Kecamatan Barona jaya Dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar
- Bagian Barat berbatasan dengan Kecamaan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar.
Kependudukan
➧ Suku Bangsa
Provinsi Aceh memiliki 13 suku asli, yaitu: Aceh, Gayo, Aneuk Jamee, Singkil, Alas, Tamiang, Kluet, Devayan, Sigulai, Pakpak, Haloban, Lekon dan Nias. Hasil sensus penduduk tahun 2000 menunjukkan hasil sebagai berikut: Aceh (50,32%), Jawa (15,87%), Gayo (11,46%), Alas (3,89%), Singkil (2,55%), Simeulue (2,47%), Batak (2,26%), Minangkabau (1,09%), Lain-lain (10,09%).
➧ Bahasa
Provinsi Aceh memiliki 13 buah bahasa asli yaitu bahasa Aceh, Gayo, Aneuk Jamee, Singkil, Alas, Tamiang, Kluet, Devayan, Sigulai,Pakpak, Haloban, Lekon dan Nias.
➧ Agama
Sebagian besar penduduk di Aceh menganut agama Islam. Dari ke 13 suku asli yang ada di Aceh hanya suku Nias yang tidak semuanya memeluk agama Islam. Agama lain yang dianut oleh penduduk di Aceh adalah agama Kristen yang 3 dianut oleh pendatang suku Batak dan sebagian warga Tionghoa yang kebanyakan bersuku Hakka. Sedangkan sebagian lainnya tetap menganut agama Konghucu. Selain itu provinsi Aceh memiliki keistimewaan dibandingkan dengan provinsi yang lain, karena di provinsi ini Syariat Islam diberlakukan kepada sebagian besar warganya yang menganut agama Islam.
Pendidikan
Dalam hal pendidikan, sebenarnya provinsi ini mendapatkan status Istimewa selain dari D.I. Yogyakarta. Namun perkembangan yang ada tidak menunjukkan kesesuaian antara status yang diberikan dengan kenyataannya. Pendidikan di Aceh dapat dikatakan terpuruk. Salah satu yang menyebabkannya adalah konflik yang berkepanjangan dan penganaktirian dari RI, dengan sekian ribu sekolah dan institusi pendidikan lainnya menjadi korban. Pada UAN (Ujian Akhir Nasional) 2005 ada ribuan siswa yang tidak lulus dan terpaksa mengikuti ujian ulang.
- Universitas Syiah Kuala
- IAIN Ar-Raniry
- Universitas Malikussaleh
- Politeknik Negeri Lhokseumawe
Sistem pemerintahan yang berlaku di Aceh saat ini ada 2, yaitu Sistem Pemerintahan Lokal Aceh dan Sistem Pemerintahan Indonesia. Berdasarkan penjenjangan, perbedaan yang tampak adalah adanya Pemerintahan Mukim di antara kecamatan dan gampong.
➧ Sistem Perwakilan Lokal Aceh
Sistem pemerintahan lokal Aceh terdiri dari gampong, mukim, nanggroe, sagoe dan keurajeun.
➧ Sistem Pemerintahan
Sejak tahun 1999, Aceh telah mengalami beberapa pemekaran wilayah hingga sekarang mencapai 5 pemerintahan Kota dan 18 kabupaten.
Kabupaten Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam:
- Kabupaten Aceh Barat dengan Ibukota Meulaboh
- Kabupaten Aceh Barat Daya dengan Ibukota Blangpidie
- Kabupaten Aceh Besar dengan Ibukota Kota Jantho
- Kabupaten Aceh Jaya dengan Ibukota Calang
- Kabupaten Aceh Selatan dengan Ibukota Tapak Tuan
- Kabupaten Aceh Singkil dengan Ibukota Singkil
- Kabupaten Aceh Tamiang dengan Ibukota Karang Baru
- Kabupaten Aceh Tengah dengan Ibukota Takengon
- Kabupaten Aceh Tenggara dengan Ibukota Kutacane
- Kabupaten Aceh Timur dengan Ibukota Idi Rayeuk
- Kabupaten Aceh Utara dengan Ibukota Lhoksukon
- Kabupaten Bener Meriah dengan Ibukota Simpang TigaRedelong
- Kabupaten Bireuen dengan Ibukota Bireuen
- Kabupaten Gayo Lues dengan Ibukota Blang Kejeren
- Kabupaten Nagan Raya dengan Ibukota Suka Makmue
- Kabupaten Pidie dengan Ibukota Sigli
- Kabupaten Pidie Jaya dengan Ibukota Meureudu
- Kabupaten Simeulue dengan Ibukota Sinabang
- Kota Banda Aceh
- Kota Langsa
- Kota Lhokseumawe
- Kota Sabang
- Kota Subulussalam
Jumlah Desa (atau sederajat): 6.656 Desa (atau sederajat)
➧ Daftar Gubernur
Daftar gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dari tahun 1945-2007:
- Teuku Nyak Arif masa jabatan 1945 - 1946
- Teuku Daud Syah masa jabatan 1947 - 1948
- Tgk Daud Beureu’eh masa jabatan 1948 – 1951
- Danu Broto masa jabatan 1951 - 1952
- Teuku Sulaiman Daud masa jabatan 1952 - 1953
- Abdul Wahab masa jabatan 1953 - 1955
- Abdul Razak masa jabatan 1955 - 1956
- Prof. Dr. Ali Hasyimi masa jabatan 1957 - 1964
- Nyak Adam Kamil masa jabatan 1964 - 1966
- H. Asbi Wahidi masa jabatan 1966 - 1967
- Abdullah Muzakir Walad masa jabatan 1967 - 1978
- Abdul Madjid Ibrahim masa jabatan 1978 - 1981
- H. Eddy Sabara masa jabatan 1981
- Hadi Thayeb masa jabatan 1981 - 1986
- Prof. Dr. Ibrahim Hassan masa jabatan 1986 - 1993
- Prof. Dr. Syamsudin Mahmud masa jabatan 1993 - 21 Jun 2000
- Ramli Ridwan masa jabatan 21 Jun 2000 - Nov 2000
- Abdullah Puteh masa jabatan Nov 2000 - 19 Jul 2004
- Azwar Abubakar masa jabatan 19 Jul 2004 - 30 Des 2005
- Mustafa Abubakar masa jabatan 30 Des 2005 - 8 Feb 2007
- Irwandi Yusuf masa jabatan 8 Feb 2007
Sebelum bencana tsunami 26 Desember 2004, perikanan merupakan salah satu pilar ekonomi lokal di Aceh, menyumbangkan 6,5 persen dari Pendapatan Daerah Bruto (PDB) senilai 1,59 triliun pada tahun 2004 (Dinas Perikanan dan Kelautan Aceh 2005). Potensi produksi perikanan tangkap mencapai 120.209 ton/tahun sementara perikanan budidaya mencapai 15.454 ton/tahun pada tahun 2003 (Dinas Perikanan dan Kelautan Aceh 2004). Produksi perikanan tersebut merata, baik di Samudera Hindia maupun Selat Malaka. Pada sektor Perbankan Aceh terdapat dua kantor Bank Indonesia, bank sentral Republik Indonesia, yang dibuka di Banda Aceh (kelas III) dan Lhokseumawe (kelas IV). Tugas Bank Indonesia yang terdiri dari bidang moneter, sistem pembayaran, dan perbankan. Di daerah-daerah tugas Bank Indonesia lebih dominan di bidang sistem pembayaran dan perbankan. Di bidang sistem pembayaran menyelenggarakan sistem kliring dan BI-RTGS dan di bidang perbankan mengawasi dan membina bankbank agar beroperasi dengan sehat dan menguntungkan. Aceh memiliki sejumlah industri besar di antaranya: PT Arun: Kilang Pencairan Gas Alam, PT PIM: Pabrik Pupuk Iskandar Muda, PT AAF: Pabrik Pupuk Asean, PT KKA: Pabrik Kertas, PT SAI-Lafarge Semen Andalas, ExxonMobil: Kilang Gas Alam. Untuk sektor pertambangan Aceh mempunyai tambangan Emas di Woyla, Seunagan, Aceh Barat; Pisang Mas di Beutong, Payakolak, Takengon Aceh Tengah Batubara di Kaway XI, di Semayan di Aceh Barat, Batugamping di Tanah Greuteu, Aceh Besar; di Tapaktuan
Aceh merupakan kawasan yang sangat kaya dengan seni budaya galibnya wilayah Indonesia lainnya. Aceh mempunyai aneka seni budaya yang khas seperti tari-tarian, dan budaya lainnya seperti: Didong (seni pertunjukan dari masyarakat Gayo), Meuseukee Eungkot (sebuah tradisi di wilayah Aceh Barat), dan Peusijuek (atau Tepung tawar dalam tradisi Melayu).
➧ Sastra
Seni sastra yang ada di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam:
- Bustanussalatin
- Hikayat Prang Sabi
- Hikayat Malem Diwa
- Legenda Amat Rhah manyang
- Legenda Putroe Neng
- Legenda Magasang dan Magaseueng
Rencong adalah senjata tradisional Aceh, bentuknya menyerupai huruf L, dan bila dilihat lebih dekat bentuknya merupakan kaligrafi tulisan bismillah. Rencong termasuk dalam kategori dagger atau belati (bukan pisau ataupun pedang). Selain rencong, bangsa Aceh juga memiliki beberapa senjata khas lainnya, seperti siwah, geuliwang dan peudeueng.
➧ Rumah Tradisional/Adat
Rumah tradisonal suku Aceh dinamakan Rumoh Aceh. Rumah adat ini bertipe rumah panggung dengan 3 bagian utama dan 1 bagian tambahan. Tiga bagian utama dari rumah Aceh yaitu seuramoe keue (serambi depan), seuramoe teungoh (serambi tengah) dan seuramoe likot (serambi belakang). Sedangkan 1 bagian tambahannya yaitu rumoh dapu (rumah dapur).
➧ Seni Tari
Provinsi Aceh yang memiliki setidaknya 10 suku bangsa, memiliki kekayaan tari-tarian yang sangat banyak dan juga sangat mengagumkan. Beberapa tarian yang terkenal di tingkat nasional dan bahkan dunia merupakan tarian yang berasal dari Aceh, seperti Tari Rateb Meuseukat dan Tari Saman.
Tarian suku Aceh terdiri dari:
- Tari Laweut
- Tari Likok Pulo
- Tari Pho
- Tari Ranup Lampuan
- Tari Rapai Geleng
- Tari Rateb Meuseukat
- Tari Ratoh Duek
- Tari Seudati
- Tari Tarek Pukat
- Tari Saman
- Tari Bines
- Tari Didong
- Tari Guel
- Tari Munalu
- Tari Turun Ku Aih Aunen
- Tari Ula-ula Lembing
- Tari Mesekat
Tempat-tempat pariwisata Aceh adalah sebagai berikut:
➧ Masjid Raya Baiturrahman
Masjid Raya Baiturrahman adalah sebuah masjid yang berada di pusat Kota Banda Aceh. Masjid ini dahulunya merupakan masjid Kesultanan Aceh Sewaktu Belanda menyerang kota Banda Aceh pada tahun 1873, masjid ini dibakar, kemudian pada tahun 1875 Belanda membangun kembali sebuah masjid sebagai penggantinya. Mesjid ini berkubah tunggal dan dapat diselesaikan pada tanggal 27 Desember 1883. Selanjutnya Mesjid ini diperluas menjadi 3 kubah pada tahun 1935. Terakhir diperluas lagi menjadi 5 kubah (1959-1968). Masjid ini merupakan salah satu masjid yang terindah di Indonesia yang memiliki bentuk yang manis, ukiran yang menarik, halaman yang luas dan terasa sangat sejuk apabila berada di dalam ruangan masjid tersebut.
➧ Cut Nya Dien House
Rumah ini adalah replika dari pahlawan Cut Nyak Dien, dari Perang Aceh. Para pasukan kolonial membakar rumahnya maka replika dibangun kemudian. Rumah ini terletak di Lam Pisang, yang sekarang menjadi sebuah museum sekitar 6 kilometer dari Banda Aceh, Kecamatan Lhok Nga, kabupaten Aceh Besar.
➧ Indonesian Airline Monument. Seulawah-Indonesian First Airplane
Monumen itu didirikan untuk memperingati sumbangan heroik dari Aceh kepada Pemerintah Pusat Republik Indonesia. Ketika Indonesia merdeka pada tahun 1945, Belanda dimaksudkan untuk menempati kembali negara itu. Dalam perjuangan berikutnya pada tahun 1949, Republik Indonesia ini sangat membutuhkan pesawat untuk menghindari blokade musuh sebagai daerah banyak yang sudah jatuh ke Belanda. Soekarno, Presiden Indonesia pada waktu itu, segera meminta masyarakat Aceh untuk menyumbangkan uang untuk pesawat terbang. Sebuah Douglas DC-3 dibeli tak lama setelah itu, dan dibayar dengan donasi. Pesawat ini sangat awal adalah pendahulu dari armada Garuda Indonesia, yang kini merupakan maskapai penerbangan terbesar di Indonesia.
➧ Ulee Lheue-Banda Aceh. Tsunami Ground Zero
Ulee Lheue merupakan garis pantai menghadap ke Selat Malaka, ketika tsunami hits Banda Aceh pada 26 Desember 2004 garis pantai dan desa di dekatnya parah kerusakan dan lenyap oleh gelombang pasang 10 meter tinggi. Sekarang pemerintah lokal membangun Pelabuhan baru di Ulee Lheue dan jika Anda memiliki rencana untuk mengunjungi Sabang dan Pulau Weh Anda bisa menggunakan kapal Ferry Ro-Ro atau speed boat dari Ulee Lheue. Di sisi pantai Ulee Lheue lain masih mempertahankan keindahannya, hampir setiap hari petugas datang ke tempat ini untuk menikmati cakrawala biru langit dan laut, untuk melihat matahari terbenam yang indah di sore hari dan menikmati akhir pekan sampai larut malam.
➧ Museum Aceh
Museum Aceh terletak di Jalan Sultan Alaidin Mahmud Syah, ini adalah tempat terbaik untuk mengetahui banyak tentang sejarah budaya Aceh. Di dalam museum terdapat banyak barang-barang antik seperti keramik, senjata, dan peralatan budaya seperti pakaian adat, perhiasan, kaligrafi (ornamen Islam), perlengkapan dapur, dll. Koleksi paling menarik adalah sebuah lonceng besar bernama “Lonceng Cakra Donya”, hadiah dari Cina Grand-Duke (Kaisar Ming, pada abad ke-15) untuk Sultan Aceh yang disampaikan oleh seorang Muslim Cina, Laksamana Cheng Ho pada 1414, kita bisa membaca sebuah prasasti di bel: “Sing Fang Niat Toeng Juut Kat”. Dalam kompleks ini ada juga ‘Rumoh Aceh’ Rumah yang dibangun oleh Gubernur Belanda Van Swart pada tahun 1941 dalam arsitektur rumah khas Aceh. Di Museum barat atau utara Aceh House of Custom ada halaman komplek makam Sultan Aceh.
➧ Taman Putroe Phang
Taman Putroe Phang, terletak di wilayah kompleks Istana Sultan Aceh di Banda Aceh. Taman ini dibuat untuk sang Permaisuri Sultan Iskandar Muda bernama Putroe Phang yang berarti Putri Pahang, yang berasal dari Pahang, Malaysia. Di taman tersebut terdapat sebuah bangunan unik, bernama Gunongan. Menurut kepercayaan setempat, bangunan ini dibuat menyerupai bukit-bukit yang terletak di Pahang, Malaysia dan dibuat atas permintaan sang Permaisuri sendiri, yang selalu rindu kampung halamannya, Pahang, yang konon berbukit bukit. Sebetulnya saat dan sebab bangunan ini didirikan belum diketahui dengan jelas. Diduga Gunongan melambangkan Gunung Mahameru dan mungkin juga ditujukan pada Agni, dewa api dalam agama Hindu.
➧ Kuburan Kerkhoff
Kerkoff Peucut adalah kuburan prajurit Belanda yang tewas dalam Perang Aceh. Kompleks kuburan ini banyak tersebar di wilayah Indonesia. Salah satunya terletak di kota Banda Aceh, dan sekarang menjadi objek wisata menarik, khususnya bagi wisatawan mancanegara (terutama wisatawan asal Belanda).
➧ Danau Laut Tawar
Danau Laut Tawar adalah sebuah danau dan kawasan wisata yang terletak di Dataran Tinggi Gayo, Kabupaten Aceh Tengah, Nanggroe Aceh Darussalam. Suku Gayo menyebutnya dengan Danau Lut Tawar. Luasnya kira-kira 5.472 hektar dengan panjang 17 km dan lebar 3,219 km. Volume airnya kira-kira 2.537.483.884 m³ (2,5 triliun liter).
➧ Iboih
Iboih adalah suatu kawasan wisata pantai di daerah Sabang, Indonesia. Bersama dengan Gapang, Iboih merupakan daerah favorit untuk berekreasi dan melepaskan penat. Perairan di sekeliling pulau Sabang merupakan perairan laut lepas yang diapit oleh Selat Malaka dan Samudra Hindia. Di sekitar pantai Iboih juga terdapat resort-resort dan restoran untuk para wisatawan yang bermalam.
Makanan Khas
Aceh mempunyai aneka jenis makanan yang khas. Antara lain timphan, gulai itik, kari kambing yang lezat, Gulai Pliek U dan meuseukat yang langka. Di samping itu emping melinjo asal kabupaten Pidie yang terkenal gurih, dodol Sabang yang dibuat dengan aneka rasa, ketan durian (boh drien ngon bu leukat), serta bolu manis asal Peukan Bada, Aceh Besar juga bisa jadi andalan bagi Aceh.
Beberapa makanan khas Tradisional Provinsi Aceh:
- Dedah Boh Itik. Hidangan Aceh ini menyerupai dadar dan memang terbuat dari telur itik. Dadar ini di atasnya diberi parutan kelapa muda, bawang merah, irisan daun jeruk dan sejumlah bumbu.
- Udang Asam Ken’eung. Dikenal sebagai sop Aceh, makanan ini mengandung udang rebus dan jamur shitake.
- Ayam Tangkap. Ayam tangkap merupakan makanan khas Aceh Besar yang tampilannya berupa daging ayam yang dipotong kecil-kecil dan dihidangkan dengan tumpukan daun temurui (daun kari) dan pandan yang menutupi potongan ayam.
- Gulee Itik
- Gulee Kepala Ikan Rambeu
- Kanji Rumbi
- Gulee Sirip Hiu
- Mi Aceh
- Nasi Goreng Aceh
- Dalca
- Tenggirow Peu-Aweuh
- Ikan Tongkol Ikan Kari
- Tumis Eungket Sure
- Cumi Masak Aceh
- Gulee Bebek (itik masak mirah/puteh)
- Gulee Sie Kameng/Kari Kambing
- Gulee Pliek
- Gulee Rampoe
- Gulee Daging/Ayam Putih
- Gulee Kepala Ikan
- Gulee Ikan Hiu
- Gulee Telor Ikan
- Paeh Engkout Bileh (pepes teri)
- Asam Ke’eung
- Engkot Keumamah
- Sambal Teri
- Sambal On Peugaga
- Mie Aceh
- Kue Timphan. Timpan adalah sejenis penganan kecil yang aslinya berasal dari Aceh. Bahan untuk membuat timpan terbuat dari tepung, pisang, dan santan. Semua bahan ini kemudian diaduk-aduk sampai kenyal. Lalu dibuat memanjang dan di dalamnya diisi dengan srikaya. Kemudian setelah itu adonan dengan isi ini dibungkus dengan daun pisang dan dikukus (rebus tanpa direndam air).
- Martabak Aceh
- Boh Rom-Rom / Onde-Onde
- Kue Pulut Panggang
- Roti Jala
- Meuseukat
- Emping Melinjo
- Bolu Peukan Bada
- Kanji Rumbi
- Dodol
Bantu Berikan DONASI jika artikel ini dirasa bermanfaat
Donasi akan digunakan untuk memperpanjang domain www.raimondwell.com
Terima Kasih telah meninggalkan komentarnya